A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan, merupakan gejala sosial yang mencerminkan perilaku individu atau sebaliknya merupakan gejala individu yang tercermin dalam kehidupan sosial. Setiap orang yang berakal sehat berhak mendapat julukan sebagai pemimpin, sehingga sudah dapat dipastikan memiliki kepemimpinan, betapapun sederhananya kualitas kepemimpinan itu. Kalau demikian apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kepemimpinan itu ?
Kepemimpinan, adalah kegiatan mempengaruhi orang – orang untuk bekerjasama terarah kepada beberapa tujuan yang ingin mereka capai untuk memperoleh sesuatu yang patut.( Ordway Tead, The art of Leadership)
Kepemimpinan menurut Cartwright adalah proses kegiatan mempengaruhi kegiatan – kegiatan suatu kelompok yang terorganisasikan dalam usaha – usahanya mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan tujuan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan kepemimpinan adalah:
- Suatu study tentang bagaimana seharusnya menjalankan fungsi sebagai pemimpin.
- Setiap orang dengan sifatnya sebagai mahluk sosial telah memiliki kepemimpinan betapapun sederhana tingkat kualitasnya.
- Studi kepemimpinan berusaha memberikan asas – asas dan prosedur yang diarahkan bagi tercapainya tugas pemimpin efektif.
- Kepemimpinan terbentuk dan senantiasa terwujud dalam perhubungan situasi sosial.
- Dalam situasi sosial yang berbeda memungkinkan timbulnya karakteristik kepemimpinan yang berbeda pula.
Setelah kita tahu tentang apa dan bagaimana yang dimaksud dengan istilah kepemimpinan, maka apa pula yang dimaksudkan dengan istilah pemimpin dan adakah syarat – syarat tertentu agar menjadi pemimpin yang efektif ?
Pemimpin atau leader adalah orang yang melakukan kegiatan mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan atau tujuan – tujuan tertentu. ( The Liang Gie, Kamus Administrasi, Gunung Agung, Jakarta )
Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif diperlukan setidaknya mempunyai tiga kategori syarat yaitu Syarat Potensial, Syarat Formal dan Syarat Kesanggupan.
- Syarat Potensial yaitu mempunyai kelebihan rasio (cerdas), kelebihan rohani ( percaya pada diri sendiri, tidak emosional ), kelebihan badaniah ( tidak memiliki cacat badan yang bersifat menonjol ).
- Syarat Formal yaitu mempunyai Kewenangan ( status jabatan ) baik yang bersumber dari atasan maupun dari bawahan ( karena jabatan tersebut hasil proses pemilihan dari bawah ), Kekuasaan ( seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memberikan perintah – perintah tertentu kepada bawahannya ), Kewibawaan ( suatu kondisi dimana bawahan meyakini bahwa segala kebijakan pimpinan itu merupakan realisasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
- syarat Kesanggupan yaitu kesanggupan untuk dapat bekerja dalam keompok, untuk kelompok dan dengan kelompok.
Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh dan pelopor pendidikan nasional mengemukakan factor utama bagi pemimpin yang efektif berupa ungkapan : 1) Tetep, antep dan mantep, 2) Ngandel, kandel, kendel dan bandel, 3) Neng, ning, nung dan nang. Dengan ungkapan terebut berarti seorang pemimpin harus : 1) Tegas, berilmu dan yakin, 2) beriman, berani, tabah dan tawakal, dan 3) harus punya niat baik, ikhlas, ulet dan menang atau optimis.
B. Fungsi Pokok Kepemimpinan
Pemimpin lahir dari, bersama dan untuk kepentingan kelompok, sehingga dalam kenyataannya tiada pemimpin tanpa masyarakat ( bawahan ) dan tiada masyarakat ( bawahan ) tanpa pemimpin.
Pemimpin dalam kelompoknya menunjukan beberapa gejala dan peranannya yang menyebabkan dianggap sebagai pemimpin. Adapun tugas pokok kepemimpinan ditinjau dari peranannya adalah sebagai berikut ;
1. Sebagai Perencana
Perencana adalah usaha untuk menguasai masa depan dalam arah dan tujuan yang diinginkan melalui keputusan – keputusan yang dibuat berdasarkan sejumlah perkiraan – perkiraan yang teliti. Perencanaan , dirumuskan berdasarkan perkiraan – perkiraan yang teliti termasuk kemungkinan – kemungkinan akibat dari sejumlah kegiatan – kegiatan yang mungkin dapat dilakukan. Tugas pemimpin dalam perencanaan menyangkut berbagai aspek sasaran kegiatan, antara lain :
- Perencanaan dalam penetapan tujuan yang hendak dicapai.
- Perencanaan dalam menetapkan program – program.
- Perencanaan dalam menetapkan cara – cara dan teknik kegiatan dan personil yang tersedia.
- Perencanaan dalam penetapan kebijaksanaan yang mungkin dapat diambil dalam menetapkan evaluasi hasil kerja.
2. Sebagai Pembuat Kebijaksanaan
Sebagai pembuat kebijaksanaan ini didasarkan adanya kewenangan dan kewajiban yang berasal dari dua sumber utama, yaitu :
- Sumber kebijakan dari atas. Setiap kebijakasanaan dari atas perlu dikaji, difahami, diolah dan dijabarkan sesuai dengan kondisi yang ada dalam wilayah kerja kepemimpinannya.
- Sumber kebijaksanaan dari bawah, dimaksudkan sebagai pokok – pokok materi kegiatan yang putusan pembuatannya merupakan hasil proses permufakatan dengan bawahan.
3. Sebagai Pemberi Perintah
Peranan pemimpin sebagai pemberi perintah, merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki pemimpin pada tingkat jajaran manapun. Seorang pemimpin efektif dituntut untuk mempunyai kemampuan memerintah dalam kaitan dengan tugasnya sebagai pemimpin. Kesanggupan dalam memberi perintah tentu bukan dilakukan secara lantang dan keras laksana memberi aba – aba komando dalam baris – berbaris, melainkan perintah dengan kebulatan tekad dan kesungguhan.
4. Sebagai Promblem solver
Dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan organisasi, pemimpin hendaknya berperan sebagai pemberi solusi dalam pemecahan masalah, baik dengan cara musyawarah ataupun tanpa musyawarah.
Pemecahan masalah dengan cara musyawarah, maka pemimpin senantiasa harus menjadi sumber informasi disamping memperhatikan saran dan pendapat dari anggotanya. Seorang pemimpin yang kreatif, tidak hanya sekedar memperhatikan dan merumuskan pendapat dari anggotanya semata – mata, akan tetapi ditekankan untuk menemukan alternatif informasi pemecahannya. Walaupun demikian hendaklah dihindari sejauh mungkin adanya system otoriter dan kemungkinan demokrasi semu.
Sedangkan pemecahan masalah yang tanpa musyawarah dapat dilakukan pemimpin dalam keadaan mendesak, apabila dipandang perlu untuk segera menetapkan suatu keputusan.
5. Sebagai Utusan Lembaga
Dalam hubungan dengan instansi luar, maka pimpinan berperan sebagai utusan atau yang mewakili lembaganya. Dalam mewakili lembaganya pimpinan bertindak atas nama lembaganya dengan konsekuensi dampaknya berpengaruh terhadap fungsi lembaganya sendiri, termasuk pula terhadap para anggota dalam lembaganya.
Suatu kebijaksanaan mungkin dapat ditetapkan dengan cara penunjukan pejabat (anggota) lain sebagai yang mewakilinya, akan tetapi hal demikian tidak sewajarnya apabila setiap komunikasi dengan pihak luar dilakukan oleh pejabat (anggota) yang mewakilinya. Andai kebijaksanaan seperti ini tetap dilakukan, tanggung jawabnya tetap berada pada tangan pimpinan dan ini berarti pimpinan wajib memberikan bahan – bahan yang akan dikomunikasikan, memonitor, menerima laporan serta menetapkan tindak lanjutnya.
6. Sebagai Stabilisator
Pada suatu organisasi atau lembaga kadang – kadang didapati konflik – konflik tertentu sebagai akibat dari perbedaan kepentingan antara satu dan yang lainnya. Kalau tidak diwaspadai konfik – konflik tersebut akan meluas menjadi perbedaan dalam bentuk kelompok. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kejelian yang mantap untuk mendeteksi gejala awal terhadap perbedaan pendapat dan persaingan kepentingan individu, sehingga konflik yang mungkin akan terjadi bisa diredam sedini mungkin. Oleh sebab itu seorang pemimpin dalam mengantisifasi keadaan seperti ini diperlukan pengetahuannya tentang teknik – teknik bimbingan penyuluhan, baik penyuluhan terhadap individu maupun terhadap seluruh anggota yang dipimpinnya.
7. Sebagai Motivator
Sebagai Motivator yaitu memberikan dorongan dalam meningkatkan semangat kerja anggota – anggotanya. Berbagai teknik dalam usaha memberikan dorongan sebagai rangsangan semangat kerja dapat dilakukan, dan dua diantaranya adalah dengan melalui cara pemberian penghargaan dan pemberian hukuman.
A. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin yaitu organum yang artinya satu kesatuan badan, alat atau bagian. Organisasi, merupakan suatu system kerjasama dari kelompok orang – orang dalam rangka tercapainya suatu tujuan bersama. Adapun ciri – ciri organisasi antara lain :
- Berwujud unit yang utuh
Suatu organisasi ditandai dengan suatu kesatuan unit yang utuh, maksudnya suatu sistem sebagai suatu keseluruhan, bukan terpecah – pecah yang terpisah – pisah satu sama lainnya. Adanya bagian – bagian pada wujud suatu organisasi hanyalah berkenaan dengan fungsi – fungsi yang berlainan dan yang perlu ditetapkan.
- Memiliki suatu kesatuan arah idealisme
Organisasi senantiasa mempunyai cita – cita yang diformulasikan dalam bentuk tujuan organisasi. Setiap bagian ataupun sub-bagian dalam suatu organisasi mugkin menjabarkan tujuan organisasi tersebut sesuai dengan fungsi – fungsi bagiannya yang berlainan.
- Menggunakan jalur komunikasi dua arah
Jalur komunikasi dua arah merupakan metode kerja dalam organisasi, yaitu jalur bagian atas memperhatikan bawahan dan bawahan menyampaikan saran dan usulan kepada atasan.
- Memiliki struktur tertentu
Struktur adalah suatu susunan tertentu yang menunjukan adanya kewenangan dan tanggung jawab. Susunan semacam ini dapat dilukiskan sebagai suatu bagan organisasi struktur, yaitu suatu bagan yang sisinya menunjukan susunan organisasi dari pucuk pimpinan sampai kepada unit – unit organisasi yang paling bawah.
- Memiliki deskripsi tugas – tugas
Deskripsi tugas dari masing – masing bagian yang merupakan daftar tugas yang berisi rincian tugas bagi jabatan yang terdapat dalam bagian – bagian organisasi.
- Memiliki kewibawaan
Kewibawaan organisasi merupakan syarat dari kesatuan yang bernama organisasi. Kewibawaan berarti kepercayaan atas dasar pengertian terhadap kepentingan atau nilai kegunaan daripada organisasi tersebut.
- Adanya ketentuan hak dan kewajiban
Hak adalah suatu yang sepatutnya diperoleh dari organisasi itu, baik dalam bentuk kesejahteraan maupun dalam suatu kewenangan. Sedangkan kewajiban, adalah suatu yang seharusnya dilakukan atau diberikan kepada organisasi.
Ketujuh ciri organisasi diatas biasanya dituangkan dalam Anggaran Dasar maupun dalam Anggaran Rumah tangga organisasi.
B. Misi dan Tujuan Organisasi.
Sebelum organisasi menentukan tujuan – tujuannya, terlebih dulu harus menetapkan misi atau maksud organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Misi organisasi juga menunjukan fungsi yang hendak dijalankan dalam sistem sosial atau ekonomi tertentu.
Sedangkan tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan – kegiatan organisasi. Jadi, dua unsur penting dari tujuan adalah 1) hasil – hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang dengan mana 2) usaha – usaha atau kegiatan – kegiatan sekarang diarahkan.
c. Fungsi Tujuan Organisasi
konsep tujuan organisasi dipandang secara luas mempunyai beberapa fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan. Berbagai fungsi tujuan antara lain sebagai berikut :
- Pedoman bagi kegiatan. Melalui penggambaran hasil – hasil akhir di waktu yang akan datang, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi kegiatan pengarahan dan penyaluran usaha – usaha dan kegiatan –kegiatan para anggota organisasi.
- Sumber legitimasi. Tujuan juga merupakan sumber legitimasi bagi suatu organisasi melalui pembenaran kegiatan – kegiatannya. Pengakuan atas legitaimasi ini akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan berbagai sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.
- Standar pelaksanaan. Bila tujuan dinyatakan secara jelas dan difahami, hal ini akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan ( prestasi ) organisasi.
- Sumber motivasi. Tujuan organisasi dapat berfungsi sebagai sumber motivasi dan identifikasi anggota yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan insentif bagi para anggotanya sehingga hal ini biasanya akan menjadi sumber motivasi yang kuat.
- Dasar rasional pengorganisasian. Dinyatakan secara sederhana, tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi. Tujuan organisasi dan struktur organisasi berinteraksi dalam kegiatan – kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan.
Sumber :
- T.Hani Handoko, Managemen edisi 2, BPFE-Yogyakarta, 1997
- Soependri Suradinata, Administrasi Pendidikan, IAIN SGD Cirebon, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar